Buton Tengah, PancanaNews.com – Tradisi adat Kahia’a atau pingitan perempuan yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Buton Tengah, kembali dilaksanakan secara massal di Kecamatan Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), pada akhir Juni 2025.
Tradisi ini menjadi salah satu bukti kuat komitmen masyarakat dalam merawat jati diri budaya leluhur di tengah arus modernisasi.

Pelaksanaan Kahia’a tahun ini melibatkan 275 anak perempuan dari enam desa, yakni Desa Lalibo, Waturumbe, Waturumbe Bata, Lakorua, Lantongau, dan Katukobari. Para peserta menjalani rangkaian prosesi adat selama empat hari empat malam, yang dimulai dengan kaombo (pengurungan di ruang khusus), pantangan adat, hingga puncak acara kafolimba kahia’a.
Puncak kegiatan Kafolimba Kahia’a yang digelar Minggu (29/6/2025) di Desa Lalibo berlangsung semarak. Para peserta tampil mengenakan busana adat, mempersembahkan tarian linda, dan diiringi alunan musik tradisional, gendang (ganda kapaso), tawa-tawa. Sorak sorai masyarakat serta pemberian pasali (hadiah berupa uang tunai) mewarnai suasana syukur atas suksesnya prosesi adat tersebut.
Ketua Komisi II DPRD Buton Tengah, Awaluddin, SH, yang turut hadir dalam acara puncak tersebut menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat yang masih setia menjaga dan melestarikan tradisi Kahia’a.
“Tradisi Kahia’a ini bukan hanya seremoni adat, tetapi sebuah sistem pendidikan budaya yang sarat nilai moral, disiplin, dan tanggung jawab. Ini menjadi modal penting dalam membangun karakter generasi muda perempuan kita,” ujarnya.
Awaluddin menegaskan, DPRD Buton Tengah bersama pemerintah daerah berkomitmen mendukung keberlangsungan tradisi Kahia’a melalui regulasi, program pembangunan kebudayaan, serta penganggaran yang memadai.
“Kami di DPRD akan terus mendorong agar pelestarian budaya ini mendapat tempat penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Tradisi ini adalah aset budaya yang harus diwariskan ke generasi mendatang, agar jati diri Buton Tengah tetap kokoh meskipun zaman terus berubah,” tegasnya.
Tradisi Kahia’a di Buton Tengah tidak hanya menjadi simbol adat, tetapi juga ruang tumbuh yang mendidik generasi perempuan dalam nilai spiritual, sosial, dan budaya. Di tengah derasnya pengaruh globalisasi, masyarakat Buton Tengah membuktikan bahwa warisan leluhur tetap dapat dijaga dengan kebersamaan dan komitmen bersama. (Adm)