Muna, PancanaNews.com– Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Ir. Hugua, menegaskan bahwa Festival Liangkabori memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar agenda budaya tahunan.
Hal itu ia sampaikan saat membuka pelaksanaan festival di Desa Liangkabori, Kabupaten Muna, Jumat (11/7/2025), mewakili Gubernur Sultra.
Menurut Hugua, Festival Liangkabori merupakan manifestasi dari jati diri masyarakat Pulau Muna dan Sulawesi Tenggara secara luas. Festival ini dianggap sebagai bentuk pelestarian budaya dan pengakuan atas warisan sejarah yang tak ternilai harganya.
“Festival Liangkabori bukan sekadar perayaan budaya. Ini adalah wujud nyata dari identitas masyarakat Pulau Muna dan Sulawesi Tenggara secara keseluruhan. Liangkabori adalah salah satu situs peradaban kuno yang sangat penting, bahkan diyakini telah ada sejak 60 ribu tahun sebelum masehi,” ujar Hugua.
Ia juga mengapresiasi keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan festival, termasuk panitia, pemerintah daerah, lembaga adat, komunitas budaya, dan masyarakat setempat. Menurutnya, kolaborasi ini adalah kekuatan utama dalam menjaga eksistensi budaya lokal.
Wagub menggambarkan Gua Liangkabori sebagai ruang sakral yang menyimpan kaleidoskop kehidupan masa lalu melalui berbagai lukisan prasejarah di dinding gua. Nilai-nilai budaya dan sejarah inilah yang menurutnya harus terus dirawat, dikenalkan, dan dikembangkan secara berkelanjutan.
“Festival ini harus menjadi agenda rutin. Jika dilakukan setiap tahun, ia akan tumbuh secara alamiah menjadi kebiasaan budaya. Atraksi budaya yang konsisten akan menciptakan kenyamanan bagi wisatawan dan menjadi kekuatan besar bagi pariwisata Sultra,” tutup Hugua.
Dengan semangat pelestarian dan pengembangan budaya, Festival Liangkabori diharapkan tidak hanya menjadi ajang tontonan, melainkan juga ruang edukasi, promosi pariwisata, dan penguatan jati diri masyarakat daerah. (Adm)
, Ir. Hugua, menegaskan bahwa Festival Liangkabori memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekadar agenda budaya tahunan.){kind=link}